Harga minyak anjlok sering diartikan sebagai kabar baik untuk masyarakat. Itu tandanya, harga bahan bakar di SPBU lebih murah dan mayoritas harga kebutuhan pokok menurun. Tapi lain halnya dengan industri plastik daur ulang. Seperti yang kita tahu bahwa minyak merupakan komponen penting dalam pembuatan plastik daur ulang. Fluktuasi keadaan minyak akan sangat berpengaruh pada harga biji plastik. Sementara konsumen senang dengan penurunan harga minyak karena berarti harga barang-barang yang terbuat dari plastik menurun, bagi pendaur ulang plastik justru sebaliknya. Turunnya harga minyak merupakan kabar buruk.

Apa Saja Faktor Pengaruh Keadaan Minyak Bumi Terhadap Harga Biji Plastik Daur Ulang?

1. Harga Minyak dan Konversi Nilai Mata Uang

Penurunan harga minyak bumi pasti pasti diiringi dengan turunnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (USD). Kenyataannya sekarang, bahan baku industri plastik, yaitu minyak mentah dibeli dengan mata uang dollar Amerika. Kapanpun harga minyak bumi jatuh, harga biji plastik daur ulang siap-siap terdampak. Belum lagi ada kekhawatiran jika penurunan harga minyak akan mempengaruhi kondisi ekonomi global yang kemudian bisa menurunkan permintaan produk plastik.

2. Harga Biji Plastik Virgin / Ori Lebih Murah

Mengutip pernyataan dari Industri Hilir Plastik Indonesia disebutkan bahwa harga bahan baku biji plastik daur ulang lebih mahal dibanding plastik virgin (yang belum pernah didaur ulang). Itu sebabnya ketika harga minyak anjlok, investor lebih tertarik beralih ke industri plastik virgin.
Namun pernyataan tesebut disanggah oleh Asosiasi Daur Ulang Plastik (ADUPI) dengan mengatakan, fenomena tersebut hanya terjadi di beberapa pabrikan. Ada variable lain yang menyebabkan harga biji plastik daur ulang lebih mahal ketika diproduksi, seperti ongkos kirim limbah plastik, biaya pencucian plastik, serta penyusutan berat plastik setelah disortir. Kegiatan pencucian plastik dan sorting sendiri menyumbang 20% biaya produksi.