Terjadinya pandemi Covid-19 sejak akhir 2019 telah memberikan dampak yang signifikan ke berbagai macam industri di dunia, termasuk salah satunya industri biji plastik. Pasang surut industri biji plastik selama pandemi diakibatkan oleh berbagai faktor, seperti permintaan supply-demand, regulasi plastik sekali pakai oleh pemerintah, dan produksi peralatan medis.
Gejolak permintaan di tahun 2020 khususnya di benua Amerika dan Eropa, membuat biaya produksi biji plastik original/virgin tertekan sehingga harga jual tidak stabil. Menanggapi isu tersebut, pemerintah Amerika dan Eropa kemudian menerapkan kebijakan pajak pada penggunaan plastik sekali pakai, sehingga diharapkan masyarakat beralih ke penggunaan kantong tas atau plastik daur ulang. Sejalan dengan inisiatif tersebut, industri juga didorong untuk meningkatkan produksi biji plastik daur ulang untuk barang/kemasan layak guna.
Regulasi tersebut sekaligus menjadi kabar baik yang melegakan bagi para pelaku industri biji plastik seluruh dunia. Setidaknya di era pandemi ini, permintaan terhadap biji plastik daur ulang akan tetap tinggi demi mengurangi limbah plastik sekali pakai.
Peningkatan Permintaan Biji Plastik Daur Ulang Di Eropa
Perusahaan biji plastik daur ulang di Eropa mengalami peningkatan produksi mendekati 100 persen di akhir tahun 2020, dibandingkan pada pertengahan tahun yang hanya mencapai 50-60 persen. Salah satu penyebabnya adalah karena keterbatasan bahan baku biji plastik original/virgin. Disamping itu, kebijakan pemerintah Eropa terkait ekonomi sirkular juga membawa dampak baik bagi pelaku biji plastik daur ulang. Tidak hanya industrinya saja, melainkan sampai lapisan pelestari sampah plastik mendapat keuntungan berkat kebijakan ekonomi sirkular.
Peningkatan Permintaan Biji Plastik Daur Ulang Di Amerika Serikat
Disamping berbagai kemunduran yang dihadapi industri biji plastik daur ulang di Amerika Serikat akibat pandemi, pelaku industri tetap optimis bahwa permintaan pasar ekspor setidaknya akan mendorong harga biji plastik PET daur ulang. Ditambah lagi tingginya pasokan limbah dari kemasan plastik seperti botol, kemasan makanan dan minuman, serta perlengkapan plastik lainnya akan menjadi pendorong faktor peningkatan volume produksi.
Peningkatan Permintaan Biji Plastik Daur Ulang Di Asia
Kontras dari keadaan Eropa dan Amerika Serikat, pasar biji plastik daur ulang di Asia justru dinilai kesulitan untuk pulih dikarenakan minimnya kegiatan pariwisata dan regulasi lockdown di beberapa negara. Selain itu, terbatasnya ketersediaan peti kemas dan tingginya biaya pengiriman menjadi hambatan ekspor biji plastik daur ulang. Industri berharap tarif pengiriman ekspor segera turun, sehingga ekspor biji plastik daur ulang dari Asia ke benua Amerika dan Eropa dapat kembali pulih.
Beruntungnya, di Indonesia sendiri permintaan pasar akan biji plastik daur ulang justru meningkat sejak tahun 2020. Salah satu perusahaan pengelola limbah daur ulang, yaitu PT Inocycle Technology Group Tbk. (INOV), mencatat peningkatan penjualan mencapai 4.8 persen di tahun 2020, khususnya pada produk turunan plastik daur ulang. Sebanyak 99.1 persen penjualan meningkat pada produk rumah tangga dan 16.2 persen pada produk non-woven (non kain) selama tahun 2020.