Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022, rumah tangga merupakan sektor penyumbang sampah terbesar dalam skala nasional. Dengan meningkatnya populasi dan gaya hidup konsumtif, jumlah sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga terus bertambah setiap tahunnya. Hal ini menimbulkan tantangan besar dalam pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan. Keterlibatan semua lapisan masyarakat dalam menerapkan solusi berkelanjutan untuk pengelolaan sampah, khususnya sampah plastik, sangat diperlukan.
Pada artikel-artikel sebelumnya, kita telah membahas pentingnya penerapan sistem ekonomi sirkular yang dapat mempertahankan nilai produk tanpa menghasilkan sampah. Dalam kaitannya dengan ekonomi sirkular, istilah bank sampah mungkin bukanlah hal yang asing di telinga Anda yang peduli pada pelestarian lingkungan. Namun, seperti yang telah dibahas pada artikel-artikel sebelumnya, terdapat polemik terkait keberadaan bank sampah di Indonesia. Terdapat sejumlah rekomendasi kebijakan yang perlu ditetapkan untuk mendukung keberhasilan penerapan sistemnya, seperti pengadaan fasilitas dan badan hukum. Penyebab lain mangkraknya penerapan kebijakan terkait bank sampah adalah kurangnya keterlibatan aktif dari masyarakat. Padahal, bila berjalan dengan baik, sistem bank sampah dapat menjadi penghubung antara masyarakat di akar rumput dengan industri skala besar dalam penerapan sistem ekonomi sirkular.
Keterlibatan masyarakat dapat ditingkatkan salah satunya dengan penumbuhan kesadaran bahwa plastik bekas pakai, yang awalnya dilihat sebagai sampah, sebenarnya bisa menjadi komoditas. Dengan begitu, pemilahan sampah tidak lagi dilihat sebagai kegiatan yang menguras waktu dan tenaga, melainkan usaha yang dapat menghasilkan keuntungan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Suryani dan Wijayanti (2015) bank sampah selaku tata kelola lingkungan berbasis komunitas juga dapat menjadi salah satu pendorong kemandirian ekonomi warga.
Tantangan lain dalam pemanfaatan sampah plastik sebagai bahan baku produksi adalah menjaga kehigienisan biji plastik yang dihasilkan. Aspek ini tentunya menjadi pertimbangan penting bagi produsen biji plastik daur ulang. Sampah plastik rumah tangga umumnya tercampur dengan zat lain, misalnya limbah organik dari sisa makanan atau minuman, yang membuat kualitasnya menurun. Namun, usaha untuk mengurangi tingkat kontaminasi kotoran dapat dilakukan oleh masing-masing penyetor sampah. Penyetor dapat terlebih dahulu mempelajari kategori sampah yang diterima oleh bank yang dituju. Bank sampah biasanya memiliki panduan pemilahan sampah sesuai jenis, misalnya gelas plastik, botol air mineral, tutup botol, ember bekas, jerigen bekas, pipa paralon, dsb. Sampah yang disortir secara rinci dan disetorkan dalam keadaan bersih tentunya memiliki nilai jual yang lebih tinggi, terlebih bila plastik yang dikumpulkan berjenis transparan. Dengan kata lain, usaha untuk memilah sebanding dengan nilai dan kualitas bahan baku biji plastik yang disetorkan.
Untuk mendukung penerapan sistem ekonomi sirkular dalam skala yang lebih besar, kita dapat memanfaatkan penggunaan biji plastik daur ulang sebagai bahan baku produksi. Surya Indo Utama menyediakan beragam varian biji plastik daur ulang dengan harga kompetitif yang dapat Anda pilih sesuai kebutuhan produksi. Jenis biji plastik yang tersedia diantaranya PP (Polypropylene), ABS (Acrylonitrile Butadiene Styrene), PC (Polycarbonate), HIPS (High Impact Polystyrene), ACRYLIC, PS (Polystyrene), PET (Polyethylene Terephthalate), AS (Acrylonitrile Styrene), POM, HDPE (High Density Polyethylene), LDPE (Low Density Polyethylene), MBS (Methacrylate Butadiene Styrene), dan NYLON PA. Klik di sini untuk harga biji plastik saat ini atau hubungi kami untuk konsultasikan kebutuhan Anda.