Pandemi Covid-19: Limbah Masker Sekali Pakai Menjadi Masalah Di Indonesia
Pandemi COVID-19 telah mewabahi dunia selama kurang lebih dua tahun lamanya. Wabah tersebut memaksa perubahan yang harus terjadi di masyarakat seperti sistem pendidikan berbasis daring, cara melakukan transaksi, perkembangan teknologi digital, dan lain-lain. Salah satu perubahan yang hingga kini harus tetap dilakukan dengan patuh oleh masyarakat Indonesia adalah menggunakan masker guna mencegah penularan dari virus COVID-19.
Masker digunakan untuk menghindari droplet saat batuk, bicara, dan bersin. Terdapat beberapa jenis antara lain: masker kain, masker bedah, dan masker N95. Masker bedah dan N95 lebih banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia, melihat masker jenis ini yang memiliki pori sangat kecil. Namun, sayangnya masker bedah dan N95 merupakan masker sekali pakai yang dapat menimbulkan masalah lingkungan, seperti menggunungnya limbah masker. Terlebih Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk sejumlah 273 jiwa (Worldometer). Apabila 50 juta orang Indonesia menggunakan masker sekali pakai dalam satu hari, maka limbah masker yang akan diperoleh sebesar kurang lebih 100 ton (the Straits Times).
Lipi Merespon Tantangan Limbah Masker Sekali Pakai Dikonversikan Menjadi Biji Plastik Daur Ulang
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan penelitian untuk mendayagunakan limbah masker sekali pakai yang terkategorisasi sebagai limbah rumah tangga (bukan merupakan limbah infeksius (limbah fasilitas kesehatan maupun ODP)). Masker sekali pakai secara teknis terbuat dari bahan plastik yakni jenis polipropilen (PP). Dengan demikian, bahan tersebut dapat didaur ulang menjadi biji plastik yang memiliki nilai ekonomis. Limbah masker akan diolah melalui proses sterilisasi terlebih dahulu agar higienis dan terjamin mutunya. Kemudian, akan dilakukan ekstrusi pada suhu 170 derajat celcius. Pada proses ini, akan dihasilkan biji plastik daur ulang. Biji plastik daur ulang ini dapat diolah untuk proses selanjutnya yaitu pencetakan. Pada proses pencetakan, biji plastik akan dilebur dan dibentuk menjadi pot tanaman atau hidroponik, wadah air, bak limbah, kantung, dan lain-lain.
Potensi Ekonomi Yang Dihasilkan Biji Plastik Polipropilen(PP) Hasil Pengolahan Limbah Masker Sekali Pakai
Inovasi LIPI dapat menjadi sarana memaksimalkan limbah menjadi produk bernilai ekonomis sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Teknologi daur ulang limbah masker menjadi biji plastik PP tentunya dapat menjadi potensi ekonomi yang baru ditengah ketidakpastian ekonomi selama pandemi. LIPI mengajak para investor maupun pelaku usaha pada industri biji plastik untuk semakin terlibat pada proyek yang menjanjikan di masa depan ini. Diharapkan melalui inovasi ini dapat meningkatkan jumlah pelaku usaha yang mengolah biji plastik PP menjadi produk seperti tali rafia, kemasan produk konsumen retail, komponen plastik untuk kebutuhan industri otomotif, dan kebutuhan tekstil. Pada akhirnya, dapat melahirkan industri-industri baru yang menawarkan lapangan pekerjaan bagi para tenaga kerja yang ada disekitar industri tersebut berada.
Biji plastik PP pun diharapkan dapat digunakan maksimal oleh badan usaha atau perusahaan sebagai alternatif dalam pemilihan bahan baku untuk kebutuhan usaha. Badan usaha yang dapat memanfaatkan biji plastik PP contohnya adalah badan usaha yang bergerak pada bidang kontruksi pembangunan jalan. Diketahui bahwa biji plastik jenis ini dapat dimanfaatkan sebagai fondasi jalan. Fondasi jalan terbentuk dari beberapa lapisan, salah satu lapisan yang yang dapat dicampurkan bahan biji plastik PP adalah lapis AC-WC. Biji plastik PP digunakan sebagai alternatif pilihan bahan campuran karena dapat meningkatkan nilai stabilitas dan mencegah kerusakan dini pada jalan akibat pengaruh resapan air. Tentu daya tahan jalan akan semakin meningkat dan biji plastik PP hasil olahan limbah masker sekali pakai dapat digunakan secara maksimal dan tetap menjaga kelestarian lingkungan.