Tren yang kerap kali terjadi dalam beberapa dekade terakhir adalah bagaimana suatu negara
dapat mengedepankan keberlanjutan dari program daur ulang plastik dan tetap memiliki
keterlibatan yang erat dengan sektor-sektor industri. “To hit two birds with one stone”
sekiranya menjadi istilah yang sangat cocok untuk menggambarkan bagaimana
negara-negara di dunia melaksanakan praktik daur ulang plastik. Anda mungkin sudah tidak
asing lagi dengan istilah ekonomi sirkular, yang sejatinya mengusung ide keberlanjutan
ekonomi dan lingkungan secara bersamaan.
Permasalahan daur ulang plastik memang bukanlah perkara yang mudah untuk diatasi. Hal
ini pun serupa dirasakan oleh kawasan yang notabene diduduki dengan negara-negara maju
seperti di kawasan Eropa. Terlebih lagi sistem daur ulang plastik kini menjadi kian rumit
akibat kebijakan internasional Tiongkok yang memberhentikan ekspor limbah plastik. Di
mana dampaknya tentu terasa pada negara-negara klien seperti Inggris dan Jerman.
Namun komisi Uni Eropa tidak kehabisan akal, dan mulai menerapkan sistem ekonomi
sirkular di negara-negara kawasan. Yang tujuan utamanya adalah untuk melindungi
lingkungan dari penumpukan plastik, dan tetap dapat mendapat keuntungan ekonomi yang
merata. Di mana dalam langkah-langkahnya mengedepankan perombakan aturan,
mendorong kampanye, dan meningkatkan pengumpulan dan separasi jenis plastik. Serta
langkah-langkah lain yang mendorong terciptanya sistem daur ulang plastik yang mumpuni.
Dedikasi Industri Daur Ulang Plastik Terhadap Ekonomi Sirkular Uni Eropa
Dalam penerapannya, Plastic Strategy 2018 disokong oleh keterlibatan
perusahaan-perusahaan daur ulang plastik untuk riset dan pengembangan dalam teknologi
terbarukan di bidang daur ulang limbah plastik. Di mana riset-riset yang dilakukan sendiri
berusaha mengatasi permasalahan daur ulang sampah plastik polikarbonat dan ABS yang
menumpuk. Permasalahan ini sekiranya menjadi bahan kajian yang dilakukan oleh
Muller-Guttenbrunn Group (MGG), sebuah perusahaan daur ulang plastik yang berbasis di
Jerman.
Kecenderungan yang terjadi pada plastik jenis polikarbonat dan ABS adalah dua plastik ini
jarang mendapat perlakuan khusus atau dengan kata lain dipisahkan dari jenis-jenis sampah
yang lain. Berbeda halnya dengan beberapa jenis plastik lain yang sangat umum seperti
plastik jenis PET yang dapat ditemukan di botol kemasan minuman, atau jenis PVC yang
sering dijumpai pada kantong plastik dari pasar tradisional. Kesadaran pemangku kebijakan
dalam mengadakan tempat sampah terpisah khusus plastik jenis ini sudah cukup diketahui,
maka labeling yang dilakukan di tempat sampah terpisah pun dikhususkan bagi botol
minuman dan kemasan makanan.
Lain halnya dengan plastik polikarbonat dan ABS yang pada hakikatnya digunakan dalam
proses percetakan 3 dimensi. Di mana produk-produk yang muncul di masyarakat adalah
dalam bentuk alat-alat elektronik seperti laptop dan keyboard, atau mainan anak. Sedikit
yang mengetahui bahwa plastik polikarbonat dan ABS sendiri masih bisa didaur ulang untuk
menjadi plastik baru. Namun karena bercampur dengan sampah jenis lain, proses daur ulang
plastik jenis ini terhambat dan cenderung berakhir di tempat pembakaran saja.
Terobosan Baru Di Pabrik Daur Ulang Plastik Muller-Guttenbrunn Group
Terhitung sejak tahun 2012, MGG telah menjalankan riset untuk bisa mengatasi
permasalahan yang cukup berbelit pada pabrik daur ulang sampah. Di mana proses-proses
yang dilakukan cenderung terhambat karena plastik tercampur dengan jenis sampah lainnya.
Hal ini lah yang mendasari riset-riset yang terlaksana dalam dapur penelitian MGG.
Setelah 6 tahun berjalan dalam riset dan pengembangan, tim peneliti dari MGG berhasil
menemukan sebuah metode yang sangat baik dalam mendaur ulang plastik polikarbonat
dan ABS ke dalam wujud aslinya. Sehingga proses produksi kedua jenis plastik ini tidak lagi
harus menggunakan gas bumi. Proses ini dalam keilmuan kimia dikenal dengan proses
“degasifikasi”. Sebuah metode dalam lab yang digunakan untuk menghilangkan gas terlarut
dari cairan.
Seperti yang pernah dibahas di beberapa artikel sebelum, proses daur ulang plastik biasanya
melibatkan peleburan plastik untuk dicetak kembali. Meskipun plastik sebelum dilelehkan
sudah melalui proses pencucian, kecenderungan yang terjadi adalah plastik tidak lagi dapat
didaur ulang setelah beberapa kali karena sudah banyak bercampur dengan gas terlarut
lainnya.
Namun proses degasifikasi yang dilakukan MGG sendiri memiliki kualitas yang sangat baik.
Berkat kombinasi pengalaman di laboratorium dan berbekal hasil-hasil riset sebelum, proses
degasifikasi yang dilakukan oleh MGG berhasil memurnikan kembali plastik yang sudah
tercacah dan dileburkan. Sehingga plastik polikarbonat dan ABS yang didaur ulang bebas
dari zat-zat aditif yang mengganggu.
Tahun 2018 menjadi tahun yang baik bagi MGG karena keberhasilan dari riset yang sudah
berjalan selama 6 tahun. Setelah melalui serangkaian pengujian dan tes, plastik hasil daur
ulang yang sudah di degasifikasi terbukti memiliki kualitas yang sangat mirip dengan plastik
baru. Menjadikan jenis polikarbonat dan ABS daur ulang ini layak untuk digunakan kembali
dalam produk-produk elektronik atau mainan anak.