Hanya butuh waktu 5 tahun bagi Tiongkok untuk meroket jadi industri manufaktur plastik terbesar di dunia. Tahun 2013 Tiongkok menempati urutan ketiga sebagai produsen petrokimia dan plastik terbesar dengan teknologi produksi polimer terbaru dan paling mutakhir. Tidak heran jika 80% dari 500 perusahaan global terbesar seperti Bayer, Exxon Mobile, Phillips, Shell, Tupperware, Lock&Lock, dan DuPont mulai melirik investasi dan mempertahankan keberadaannya di negeri Tiongkok ini. Berlanjut ke tahun 2018, Tiongkok resmi menempati posisi paling atas sebagai produsen plastik terbesar dengan sepertiga total produksi plastik global. Lalu bagaimana predikat tersebut mempengaruhi harga biji plastik dunia?

Fakta Produksi Plastik Tiongkok Diantara Negara Lain


Statistik Produksi Plastik Global
sumber : https://www.statista.com

Mengutip data Statista, tahun 2019 tercatat Tiongkok memegang 31% produksi biji plastik global yang menjadikannya sebagai produsen plastik terbesar di dunia. Disusul oleh NAFTA (North American Free Trade Area) yang menyumbang 19%, serta negara-negara di Asia dengan kumulatif angka 17%. Total produksi plastik di dunia selama 2019 mencapai 368 juta metrik ton.

Setiap bulan Tiongkok memproduksi plastik rata-rata 6 โ€“ 8 juta metrik ton. Jika dikalkulasi selama 1 tahun, maka Tiongkok mencatat rekor produksi sebanyak 96 juta metrik ton. Dari hasil tersebut, sebanyak 14.23 juta ton berhasil di ekspor ke negara lain dengan nilai mencapai 48.3 miliar dolar AS. Sebagai perbandingan, Eropa memproduksi plastik sebanyak 57.9 juta metrik ton dan Amerika Latin sebanyak 14.7 juta metrik ton per tahun 2019. Fakta lainnya, Tiongkok merupakan pemasok plastik utama ke Amerika Serikat.

Apa Yang Terjadi Pada Harga Biji Plastik Ketika Tren Produksi Tiongkok Lesu?

Harga biji plastik di dunia tentunya akan sangat dipengaruhi oleh China yang dikenal sebagai โ€œPemain Besarโ€ dalam industri plastik. Jika produksi bahan baku plastik berkurang ketika permintaan sedang banyak, maka dapat dipastikan barang akan mengalami kelangkaan dan harga biji plastik termasuk di Indonesia kian melambung. Dampak dari naiknya harga biji plastik biasanya akan terasa pada produk makanan dan minuman kemasan. Sebaliknya, harga biji plastik akan berstatus wajar ketika angka produksi dan permintaan berada di titik yang sama.

Beruntungnya, tahun 2021 produksi dan permintaan plastik sama-sama meningkat. Ini disebabkan oleh melonjaknya aktifitas jual beli online selama pandemi, peningkatan peralatan medis, permintaan produk teknologi, serta kebutuhan perkakas pembersih/steril. China mencatat permintaan Polyetilane jenis HDPE meningkat 13%, jenis LDPE menurun 2%, dan jenis LLDPE meningkat 13%. Tren kenaikan ini mengakibatkan harga biji plastik diprediksi stabil untuk tahun ini.