โ€œThe Plastic Man of Indiaโ€, atau sekiranya begitulah media melabeli Rajagopalan Vasudevan
terhadap terobosannya di awal tahun 2000an. Siapa yang mengira bahwa kekhawatirannya akan
sampah plastik justru berdampak kian besar untuk perkembangan infrastruktur di banyak
negara. Sekiranya begitulah jadinya jika sampah plastik dikonversikan menjadi bahan dasar jalan
raya, secara spesifik yaitu aspal.

Ide daur ulang limbah plastik menjadi bahan dasar aspal bisa dibilang cukup menguntungkan
karena irit biaya dan tidak perlu memproduksi alat-alat baru dalam proses eksekusinya.
Nyatanya metode ini telah mendapat banyak rekognisi dari para petinggi di berbagai negara
seperti India, Australia, Inggris, Amerika Serikat, bahkan Indonesia. Simak bahasan menarik
berikut mengenai usaha pabrik daur ulang plastik di India dalam menyelamatkan lingkungan
kita!

Gagasan Daur Ulang Plastik Menjadi Aspal Akhirnya Dipatenkan

Berawal dari kekhawatiran terhadap tumpukan limbah plastik di India, Rajagopalan Vasudevan
pada awal tahun 2001 memulai inisiatifnya untuk mengembangkan riset terhadap plastik.
Temuan yang didapat adalah bahwa plastik PET, PE, dan PP yang bersifat sangat kuat dan tidak
dapat terdegradasi melalui proses korosi dapat didaur ulang dan dijadikan substitusi yang baik
untuk bahan dasar jalan raya yaitu aspal. Akhirnya pada tahun 2006, ide ini resmi dipatenkan di
bawah nama Thiagarajar College of Engineering.

Prosedur Konversi Plastik PET, PE Dan PP Menjadi Aspal

Konversi limbah plastik PET, PE, dan PP tentunya melibatkan beberapa prosedur dalam
pengolahannya. Di awal proses tentu ada pengumpulan limbah plastik itu sendiri, seperti botol
bekas, kantong plastik bekas, gelas plastik bekas, dan lain-lain. Setelah itu limbah plastik akan
disortir berdasarkan jenis/karakteristik biji plastik masing-masing (kategori PET, PE, dan PP),
tidak lupa juga ada pemisahan kelompok warna yang berbeda. Selesai proses sortir,
masing-masing limbah plastik disalurkan ke pabrik daur ulang plastik untuk dicuci bersih
menggunakan cairan kimia serta dicacah menjadi partikel kecil. Terakhir dan paling penting
adalah memanaskan plastik cacahan dengan suhu 165 derajat Celcius, serta mencampurnya
dengan agregat panas dan bitumen. Campuran tersebut akan berbentuk cair dan kemudian
digunakan sebagai aspal – bahan baku pembuatan jalan raya.

Animo Positif Dari Pabrik Daur Ulang Limbah Plastik Di Berbagai Penjuru Dunia

Hampir 15 tahun berselang sejak dipatenkannya ide konversi limbah plastik menjadi aspal,
berbagai pabrik daur ulang plastik di dunia menyambut baik ide ini. Konversi plastik menjadi
aspal dinilai sebagai kesempatan emas untuk melestarikan lingkungan dari bahaya limbah
plastik, memperluas lapangan pekerjaan, dan mensinkronisasi pekerjaan swasta dengan proyek
infrastruktur dari pemerintah di masing-masing negara.

Terhitung sampai saat ini, setidaknya sudah ada 4 negara selain India yang telah
mempraktekkan ide ini. Mulai dari Australia, Amerika Serikat, Inggris, bahkan Indonesia.
Sementara beberapa negara seperti Selandia baru dan Belanda disinyalir akan segera menyusul,
mengingat inisiatif ini merupakan salah satu metode paling efektif untuk mengkonversi daur
ulang limbah plastik dalam jumlah besar menjadi sesuatu yang punya daya guna tinggi.

Pabrik daur ulang dan pengolahan limbah plastik juga kian menjamur beberapa tahun
belakangan karena dinilai memiliki kesempatan yang baik untuk meraup keuntungan. Ambil
contoh pabrik daur ulang plastik asal India, MacRebur yang sejak tahun 2015 berhasil
mengkonversikan daur ulang ulang limbah plastiknya menjadi aspal untuk pembuatan jalan raya
New Delhi sepanjang ratusan kilometer. Tidak kalah juga contoh dari Indonesia, dimana
pemerintah daerah Bali bekerjasama dengan dengan Universitas Udayana untuk mengadopsi
ide ini dalam rangka pembangunan infrastruktur jalan di kawasan kampus. Rencananya Pemda
akan bersiap untuk melakukan ekspansi lebih jauh terhadap kawasan-kawasan ramai turis.

Pro Dan Kontra Jalan Raya Berbahan Dasar Plastik

Secara garis besar, jalan raya berbahan dasar plastik memiliki banyak manfaat yang sangat
signifikan terutama terhadap wacana pengolahan limbah plastik yang memiliki daya guna.
Secara finansial, praktik ini juga mampu meminimalisir dana pemeliharaan jalan. Karena sifat
plastik yang lentur namun kuat, jalanan yang dilewati oleh kendaraan dengan berat sekian ton
pun tidak akan mengalami kerusakaan yang cukup signifikan. Selain itu, karena sifat plastik yang
tidak bisa terkorosi, aspal berbahan dasar plastik akan lebih tahan terhadap cuaca ekstrim di
iklim manapun.

Walaupun memiliki segudang manfaat, nyatanya gagasan jalan raya berbahan dasar plastik juga
punya sisi kontra karena dikhawatirkan material plastik dapat terdegradasi menjadi
mikro-plastik seiring berjalannya waktu. Bahaya terparah adalah ketika kontaminasi mikroplastik
mulai mencemari air dan tanah di sekitar jalanan tersebut. Beruntungnya pernyataan ini masih
dalam tahap observasi oleh para pakar dan lembaga sains dunia, mengingat urgensi yang
dibutuhkan saat ini adalah bagaimana meminimalisir peningkatan limbah plastik.