Pasar jual biji plastik global diprediksi meningkat 5.2% dalam kurun waktu 2021-2026. Pertumbuhan industri biji plastik ini dilatar belakangi oleh membeludaknya permintaan produk plastik di seluruh dunia, terutama saat pandemi. Sebuah dilema memang, ketika penggunaan plastik faktanya tidak bisa dihindari padahal di waktu bersamaan pemerintah menggalakan kampanye kurangi penggunaan plastik. Bagaimana tidak? Wabah Covid-19 memaksa seluruh masyarakat beradaptasi terhadap gaya hidup baru new normal. Mulai dari online shopping, kebutuhan lebih ekstra terhadap alat perlindungan diri, penggunaan teknologi dan alat komunikasi yang lebih personal, serta sarana transportasi.
Permintaan yang tinggi dari industri hilir plastik akan berdampak signifikan terhadap produksi jual biji plastik serta harga biji plastik secara global. Dilansir dari WhatTheyThink!, pertumbuhan industri jual biji plastik akan dapat diamati pada jenis plastik PET, LDPE, HDPE, PVC, PE, PP, dll. Data menunjukkan bahwa kenaikan produksi akan terjadi terutama di negara China, Amerika, Eropa, Asia Pasifik, dan Amerika Latin.
Produk Yang Meningkatkan Penjualan Biji Plastik.
APD (Alat Pelindung Diri) / PPEs (Personal Protective Equipment).
Mulai dari pakaian medis APD, face shield, sarung tangan, hand sanitizer, masker bedah, sampai celemek. Bahan baku plastik dijadikan pilihan karena sifatnya yang ringan, fleksibel, awet, serta serbaguna. Untuk itu plastik tidak tergantikan di sektor medis. Perlu diketahui bahwa mayoritas APD terdiri dari polimer seperti polyurethane (PU), polypropylene (PP), polycarbonate (PC), low-density polyethylene (LDPE), polyvinyl chloride (PVC). Diantara jenis tersebut, PVC dan PP merupakan jenis plastik yang dapat didaur ulang. Tahun 2020, World Health Organization (WHO) telah memproyeksikan permintaan bulanan untuk masker wajah sebanyak 89 juta buah, sarung tangan sebanyak 76 juta buah, face shield sebanyak 1.6 juta buah, serta hand sanitizer sebanyak 2.9 juta buah. Lonjakan permintaan terhadap produksi APD akan terus merangkak naik sampai 20% terhitung dari 2020 – 2025.
Fakta ini diharapkan bisa jadi acuan untuk industri biji plastik semakin menggenjot produksi. Permintaan APD yang meningkat selama pandemi Covid-19 akan berdampak paralel terhadap tingginya peluang jual biji plastik
Daur Ulang Limbah Plastik Medis Di Indonesia
Selama pandemi terjadi kenaikan jumlah limbah medis sebanyak 30% dengan kisaran produksi limbah medis tiap rumah sakit rata-rata 1 kilogram per harinya. Limbah ini akan berpotensi menimbulkan pencemaran yang besar terutama untuk mikroplastik.
Walaupun plastik jenis PP dan PVC dapat didaur ulang, namun tetap saja limbah plastik medis sifatnya sangat bahaya untuk di –recycle. Solusinya adalah dengan pengolahan daur ulang menggunakan cara kristalisasi polimer untuk mendapatkan kembali plastik aslinya. Kristalisasi polimer akan dapat membunuh virus dan bakteri melalui dua tahapan; pemanasan dalam suhu 163-169 derajat Celcius serta melakukan proses disinfektan dengan pelarut natrium hipoklorit. Setelah dikeringkan, dipotong seperti kristalan kecil, dimasukkan dalam proses ekstruksi, kemudian jadilah biji plastik daur ulang.
Pemerintah senantiasa mendorong masyarakat untuk selalu menggunakan plastik dengan bijak. Jika penggunaan tidak bisa dihindarkan, maka masyarakat, industri, dan UMKM dapat memanfaatkan limbah plastik untuk diproduksi menjadi biji plastik daur ulang. Dengan menggunakan biji plastik daur ulang yang berkualitas, Anda tidak hanya menjaga lingkungan dari bahaya pencemaran – tapi Anda juga bisa memproduksi barang baru dengan lebih ekonomis.