Dalam praktik keseharian, aktivitas yang dilakukan manusia tidak pernah berhenti untuk
memberikan pencemaran di darat, laut, maupun udara. Secara sengaja maupun tidak,
pemenuhan kebutuhan manusia setiap harinya akan berdampak ke alam. Seperti fakta
bahwa setiap detiknya sekitar 2.000 botol plastik digunakan dan 6.5 juta ton sampah plastik
dihasilkan setiap tahunnya. Serta emisi gas karbon di udara disumbang sebanyak 4.5 persen
oleh produksi beton yang dilakukan setiap hari untuk pembangunan infrastruktur. Dilema
pun muncul karena demi memenuhi kebutuhan manusia, kita turut โmerusak alamโ.
Namun jika kembali ke akar permasalahan, bisakah kita memenuhi kebutuhan sehari-hari
tanpa merusak lingkungan? Jawabannya: YA, bisa. Hal ini dibuktikan oleh riset-riset dan
eksperimen terbaru yang dilakukan oleh mahasiswa Massachusetts Institute of Technology
(MIT). Mereka mencoba mengawinkan proses daur ulang plastik PET dengan produksi beton.
Daur Ulang Plastik Dan Proses Pembuatan Beton
Proyek ini diinisiasi oleh sekelompok profesor dan beberapa mahasiswa aktif yang berasal
dari berbagai jurusan studi di MIT. Eksperimen dimulai dengan sebuah pertanyaan yaitu:
โbagaimana mengurangi emisi karbon dioksida dalam proses pembuatan beton?โ.
Pertanyaan tersebut dijadikan acuan bagi Carolyn Schaefer dan Michael Ortega untuk
berinovasi dan meneliti metoda pembuatan beton lebih dalam lagi.
Alhasil setelah melakukan riset, plastik PET dipilih menjadi salah satu alternatif bahan untuk
campuran beton. Lazimnya limbah plastik PET yang terbuang ke darat dan lautan
dikumpulkan oleh pabrik daur ulang plastik untuk dicuci dan dicacah sampai halus. Namun
pada percobaan awal-awal produksi, plastik ternyata tidak cukup kuat untuk memenuhi
standarisasi beton yang dituju. Dengan kata lain, kegagalan terjadi karena plastik justru
melemahkan struktur beton itu sendiri.
Pada proses berikutnya, hasil cacahan dari pabrik pengolahan limbah plastik dilanjutkan
dengan tahapan yang berbeda, yaitu dengan memberikan radiasi gamma pada cacahan
plastik tersebut sebelum akhirnya dicampur dengan bahan-bahan lain (yang juga residu dari
proses yang mencemari alam). Contoh residu tersebut antaranya abu bakaran batu bara dan
asap silika. Akhir proses dilakukan dengan kompresi dan dan pengerasan bahan campuran
dengan air serta semen.
Pada penerapan produksi beton, plastik sejatinya digunakan sebagai substitusi semen,
namun tidak seluruhnya. Semen tetap dibutuhkan di dalam produksi beton sebagai bahan
utama yang tidak dapat disubstitusi sepenuhnya. Namun penambahan plastik dan bahan
sisa residu lainnya adalah โbumbuโ yang memperkuat struktur dari beton itu sendiri.
Kelebihan Beton Dari Daur Ulang Plastik
Nilai total 1.5 persen dari keseluruhan formula pembuatan beton yang digunakan memang
terbilang kecil. Namun jika metode ini diaplikasikan secara global, tentu memiliki dampak
yang signifikan sebagai solusi dari pencemaran yang dilakukan oleh plastik atau produksi
beton. Karena dapat berguna bagi pengurangan sampah plastik yang tersebar di darat
maupun laut atau bahkan mengurangi pencemaran udara akibat emisi karbon dari produksi
beton sendiri.
Berdasarkan eksperimen yang dilakukan untuk mencampur plastik ke formula beton dan
melalui uji kompresi, beton dengan campuran plastik 20 persen lebih kuat dibanding dengan
plastik biasa. Dengan hasil riset yang dikantongi, dampak signifikan yang bisa dilihat nantinya
adalah bagaimana konstruksi bangunan atau jalan memiliki struktur yang lebih kokoh dan
tahan lama. Hasil uji ini dinilai cocok untuk diterapkan ke median jalan raya, sub-basis
pengerasan jalan raya, atau bahkan pondasi untuk bangunan rumah dan gedung