Kantong plastik merupakan alat yang sering kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya setiap kali kita belanja pasti menggunakan kantong plastik untuk membawa pulang hasil dari belanjaan kita. Meskipun terkesan praktis tanpa disadari plastik yang digunakan secara terus-menerus dapat terus menumpuk dan menjadi sampah yang membahayakan sekitar.
Plastik yang biasa kita gunakan merupakan jenis plastik konvensional yang terbuat dari minyak bumi sehingga tidak dapat diperbaharui dan memiliki sifat degradasi yang rendah. Bayangkan saja untuk proses penguraian kantong plastik ini membutuhkan waktu yang sangat lama sekitar 500 sampai 1000 tahun.
Maka dari itu pemerintah juga masyarakat senantiasa mencari cara untuk menjaga kelestarian lingkungan salah satunya dengan menggunakan bioplastik atau plastik ramah lingkungan.
Apa Itu Bioplastik?
Secara pengertiannya kalau bioplastik ini merupakan suatu jenis plastik ramah lingkungan yang tentunya sangat mudah terurai oleh mikroorganisme dan dari segi pembuatannya terbuat dari bahan baku yang bisa diperbaharui seperti, minyak nabati, dan mikrobiota.
Selain itu, tambahan dalam proses produksi bioplastik ada bahan biopolimer atau sejenis polimer yang tersusun atas biomassa yang memiliki sifat dapat diperbaharui. Plastik biodegradable ini dapat dipakai sebagai kemasan yang tidak mudah tembus uap air maka dari itu bioplastik dapat dijadikan sebagai kemasan alternatif.
Yang uniknya lagi, jika terbakar bioplastik ini tidak sama sekali menghasilkan senyawa kimia yang berbahaya seperti plastik biasa. Dan jika dibuang ke tanah, bioplastik ini justru akan menambah kesuburan tanah karena hasil penguraian mikroorganisme itu dapat meningkatkan unsur hara dalam tanah.
Jenis-jenis Bioplastik
Menurut Widyasari tahun 2020, berdasarkan bahan dasarnya, bioplastik memiliki tiga jenis diantaranya:
1. Campuran Biopolimer Dengan Polimer Sintetis
Jenis ini dibuat dari campuran granula pati (5-20 %) dan polimer sintetis serta bahan tambahan (prooksidan dan autooksidan). Bioplastik jenis ini konon memiliki angka biodegradabilitas yang rendah serta biofragmentasi yang sangat terbatas.
2. Polimer Mikrobiologi
Biopolimer ini dihasilkan secara bioteknologis atau fermentasi dengan mikroba genus Alcaligenes. Berbagai jenis ini diantaranya polihidroksi butirat (PHB), polihidroksi valerat (PHV), asam poliglikolat dan asam polilaktat. Bahan ini dapat terdegradasi secara total oleh bakteri, jamur dan alga. Sayangnya, proses produksi bahan dasarnya yang rumit membuat harga kemasan biodegradable ini cukup mahal.
3. Polimer Pertanian
Biopolimer ini tidak dicampur dengan bahan sintesis dan diperoleh secara murni dari hasil pertanian. Polimer petanian ini diantaranya selulosa (bagian dari dinding sel tanaman), kitin (pada kulit Crustaceae) dan pullulan (hasil fermentasi pati oleh pullularia pullulans).
Polimer ini memiliki sifat termoplastik yaitu punya kemampuan untuk dibentuk menjadi film kemasan. Kelebihan dari polimer jenis ini adalah ketersediaan sepanjang tahun (renewable) dan mudah hancur secara alami (biodegradable). Namun, memiliki kekurangan dalam hal penyerapan air yang tinggi dan tidak dapat dilelehkan tanpa bantuan aditif.
Proses Pembuatan Bioplastik
Menurut Widyasari (2010), terdapat beberapa metode yang dikembangkan dalam pembuatan bioplastik, dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini:
1. Metode Isobe (1991)
Pada metode ini bahan dasar (zein) dilarutkan dalam aseton dengan air 30% (v/v) atau etanol dengan air 20% (v/v). Kemudian ditambahkan bahan pemplastik (lipida atau gliserin), dipanaskan pada suhu 50 derajat C selama 10 menit. Selanjutnya dilakukan percetakan pada casting dengan menuangkan 10 ml campuran kepermukaan plat polietilen yang licin. Bahan dibiarkan selama 5 jam pada suhu 30 sampai 45 derajat C. Film yang terbentuk dilepaskan dari permukaan cetakan, dikeringkan dan disimpan.
2. Metode Frinault (1997)
Bioplastik ini dibuat dengan bahan dasar (kasein) menggunakan pencetak ekstruder dengan beberapa tahap proses yang terdiri dari pencampuran bahan dasar dengan aseton/etanol-air, penambahan pemplastik, pencetakan ekstruder kemudian pengeringan film.
3. Metode Yamada (1995)
Bioplastik ini terbuat dari bahan dasar (zein) yang dilarutkan dalam etanol 80%. Ditambahkan pemplastik, dipanaskan pada suhu 60 derajat C sampai 70 derajat C selama 15 menit. Campuran kemudian dicetak pada autocasting machine. Selanjutnya dibiarkan selama 3-6 jam.
Meskipun bioplastik merupakan plastik yang ramah lingkungan dan tidak berbahaya sama sekali. Namun, jika dibandingkan dengan plastik konvensional, bioplastik tentunya memiliki kekurangan dari segi biaya produksinya karena hingga saat ini teknologi yang membuat bioplastik bisa menghabiskan biaya produksi yang cukup mahal.
Kelemahan lainnya juga kalau bioplastik tidak bisa menahan panas sehingga tidak sekuat dan seleksibel plastik konvensional. Maka dari itu penggunaannya masih sangat dibilang minim.