Daur ulang limbah plastik dalam proses pelaksanaannya selalu memiliki tantangannya
sendiri. Salah satunya adalah keterlibatan masyarakat dalam aksi ini dan bagaimana
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam isu yang sedang berjalan. Hal semudah
memisahkan sampah dari jenisnya yang mudah terurai atau sulit terurai belum tentu
disadari oleh satu individu dengan individu lainnya. Terlebih bagaimana potret nyata di
Indonesia proses pengumpulan plastik cukup banyak mengandalkan pemulung yang
memilah tumpukan sampah sampai ditemukan bahan-bahan plastik yang bisa didaur ulang.
Isu semacam ini selalu menjadi ruang bagi segelintir kelompok masyarakat untuk berinovasi.
Reverse vending machine hadir sebagai solusi dalam menarik perhatian masyarakat ke dalam
isu daur ulang plastik, terlebih lagi untuk terlibat secara langsung. Meskipun memang inovasi
ini bukanlah hal baru, namun penerapannya di beberapa negara berhasil menarik minat
masyarakat. Di mana keikutsertaan masyarakat dalam menggunakan reverse vending
machine kian hari makin meningkat, karena keuntungan berupa uang yang didapat oleh
penggunanya.
Cara Kerja Reverse Vending Machine Untuk Daur Ulang Plastik
Seperti namanya sendiri, reverse vending machine akan memberikan anda uang terhadap
produk yang anda masukan ke dalam mesin tersebut. Di mana notabene vending machine
menarik uang pelanggan untuk membeli sebuah produk. Dalam praktiknya reverse vending
machine akan menerima botol-botol plastik dan kaca yang sudah kosong milik penggunanya,
dan diberi upah dengan uang senilai 10 sen USD (sekitar Rp 1.500,00).
Dalam prosesnya, botol-botol yang dimasukan ke dalam reverse vending machine akan
melalui proses pemindaian terlebih dahulu. Botol-botol tidak boleh dimasukkan dalam
keadaan yang sudah diremukkan, harus kosong tanpa cairan apapun tersisa, dan masih
tertera label dari nama produk secara utuh. Di beberapa negara pun penerapan reverse
vending machine juga kerap kali menerima karton bekas susu yang masih utuh.
Inovasi ini terbilang berhasil karena menarik perhatian dari masyarakat untuk akhirnya ikut
serta dalam proses daur ulang sendiri. Mesin ini pun secara garis besar mempermudah
proses pengumpulan dan pemisahan dari limbah plastik sendiri. Karena masalah yang kerap
kali diutarakan oleh pabrik daur ulang plastik sebelumnya adalah bagaimana proses
pemisahan sampah plastik dengan sampah jenis lain memakan waktu yang sangat lama,
dengan ratusan ton sampah yang masuk ke dalam tempat pembuangan akhir setiap harinya.
Produk akhir dari reverse vending machine sendiri merupakan botol-botol plastik yang
sudah diremukkan. Proses lanjutannya adalah perusahaan penyedia mesin tersebut akan
mengumpulkan hasil yang sudah dikumpulkan masyarakat untuk nantinya disalurkan
kembali ke pabrik daur ulang plastik. Baik itu pabrik daur ulang plastik secara mekanikal atau
daur ulang plastik yang menggunakan bahan kimia (pirolisis).
Perusahaan penyedia mesin ini pun sudah melakukan kalkulasi yang senilai dengan harga
limbah plastik yang beredar secara global. Sehingga angka 10 sen yang didapat oleh
masyarakat pengguna mesin adalah harga normal yang sedang berlaku terhadap satu buah
botol plastik bekas.
Ayo Tiru! Intip Negara Mana Yang Berhasil Menerapkan Reverse Vending Machine
Dalam pelaksanaannya, reverse vending machine sendiri menjadi sebuah peluang industri
yang digeluti oleh segelintir perusahaan di Eropa, atau bagian dari instansi pemerintah
seperti yang diterapkan di Asia Tenggara. Berbicara soal praktik industri ini, TOMRA dan NEA
menjadi beberapa badan yang cukup dikenal di dunia global mengenai industri daur ulang
plastik.
TOMRA sendiri sudah menjalani industri usaha untuk reverse vending machine semenjak
tahun 70-an. Bermula dari bisnis kecil keluarga Planke, kini telah merajai pasar Eropa seperti
Jerman dan Austria, atau bahkan di luar Eropa seperti Jepang dan Brasil. Perjalanan yang
dilalui oleh perusahaan ini bukanlah hal yang bisa dianggap remeh. Di mana departemen
Penelitian dan Pengembangan dari TOMRA selalu berusaha merevisi mesin-mesin yang
diluncurkan untuk memberikan fungsi yang lebih baik dan memenuhi keperluan daur ulang
plastik yang ditargetkan.
Lebih dari pada itu, TOMRA sendiri sudah melalui masa-masa yang sulit seiring berjalannya
usaha mereka selama hampir 50 tahun. Seperti kejatuhan harga aluminum di tahun 1985
yang menyebabkan turunnya harga aluminium hingga hampir 60 persen di tahun tersebut.
Hingga pada awal tahun 2000-an sudah bisa mengepakan sayapnya di berbagai negara
seperti Rusia maupun Amerika Serikat.
NEA Singapura (National Environmental Agency) selama setengah dekade terakhir
berkolaborasi dengan F&N (Fraser and Neave, Limited) untuk menjalankan sebuah program
kerja yang berfokus pada menyelamatkan lingkungan dari pencemaran akibat limbah plastik.
Hal ini pun diterapkan pengadaan reverse vending machine di kawasan Singapura dan
beberapa negara di Asia Tenggara. Projek kerjasama inipun dikenal dengan nama
RecycleNSave yang berfokus pada pengolahan limbah botol plastik dan kaleng aluminium
bekas minuman.