Mungkin kita berpikir kalau sampah itu hanya berasal dari plastik dan lupa dengan sampah-sampah lain yang berpotensi merusak bumi juga. Padahal menurut UN Conference Of Trade And Development (UNCTD) 2019, mengungkapkan bahwa fashion adalah industri paling menimbulkan banyak sampah kedua di dunia setelah industri perminyakan. Bahkan 10% dari emisi karbon yang mempengaruhi krisis iklim itu dihasilkan oleh industri fashion.
Hal ini disebabkan karena semakin tinggi sifat konsumtif manusia kepada pakaian. Apalagi harga baju di pasaran itu bisa terbilang sangat murah dan seringnya masyarakat membeli baju yang sebenarnya mirip-mirip dengan baju yang telah dipunya.
Karena fenomena tersebut, maka munculah banyak merek fast fashion atau fashion cepat dan semakin banyaknya industri fashion di Indonesia yang tanpa disadari sangat mempengaruhi gaya pakaian, khususnya bagi para wanita. Hal ini tentunya menjadikan perilaku konsumtif tersebut. Bahkan, lebih parahnya lagi banyak negara seperti di Afrika dan Asia terpaksa membeli baju-baju second hand dari negara maju.
Dan dari negara Indonesia sendiri merupakan negara pengekspor tekstil ke berbagai negara, ditambah juga banyak pabrik dari berbagai merek ternama di dunia menempatkan negara berkembang sebagai penghasil produk yang mereka jual karena biaya produksi yang lebih rendah salah satunya di Indonesia.
Sejumlah gerakan zero waste masih terus diupayakan misalnya pada tahun 2020 di Partnership Of Governance Reform atau yang biasa disebut kemitraan yang menggagas gerakan generasi nol emisi yang bertujuan untuk melibatkan mereka dalam aksi memperlambat perubahan iklim melalui tindakan nyata sederhana dan meluncurkan kampanye #MakinBelelMakinNyaman melalui media sosial pada awal tahun 2022.
Nah ada beberapa fakta juga mengapa limbah fashion menjadi penyumbang sampah terbesar di dunia.
1. Limbah Fashion Mempunyai Banyak Rupa
Limbah fashion terdiri dari berbagai bentuk diantaranya limbah cairan nah 20% limbah cairan di dunia yaitu berasal dari industri fashion. Limbah cairan itu misalnya berasal dari pewarna tekstil yang menjadi polusi terbesar kedua di dunia. Apalagi sisa air dari proses pewarnaan tersebut sering sekali dibuang ke selokan ataupun sungai.
Dan lagi-lagi limbah Ini mengandung zat-zat sisa pewarna kimia sintesis yang tentunya sangat berbahaya bagi lingkungan sekitar.
Belum lagi fast fashion berupa sisa kain dari produksi pakaian di pabrik seringkali dibuang begitu saja. Dan yang menjadi permasalahan adalah sejumlah bahan pakaian itu tidak mudah terurai secara alami seperti misalnya polyster dan nilon yang membutuhkan waktu 20 hingga 200 tahun untuk bisa terurai.
Meski begitu ada juga pakaian yang bisa terurai secara alami yaitu bahan katun yang bisa terurai dalam hitungan Minggu hingga 5 bulan dan juga linen yang bisa terurai dalam waktu 2 minggu.
2. Menyebabkan Krisis Iklim
Emisi karbon yang besar dari industri fashion berasal dari setiap tahap rantai pasokan fashion dan siklus produk. Dan yang menyebabkan emisi karbon bertambah yaitu berasal dari kegiatan produksi dan pemrosesan bahan mentah. Bukan hanya itu dampak fashion yang berbahaya juga bisa berasal dari air, bahan kimia, penggundulan hutan limbah tekstil hingga mikroplastik yang sulit diurai secara alami.
3. Fenomena Fast Fashion
Fast fashion sudah menjadi budaya sendiri saat ini. Karena memproduksi pakaian dengan berbagai model bisa terjadi dalam waktu yang singkat serta menggunakan bahan baku yang terbilang buruk dan murah.
Karena harganya yang murah dan modelnya mungkin sedang trend sehingga banyak anak muda yang tertarik untuk membeli pakaian dari merk-merk fast fashion tersebut. Jika dulu rata-rata brand merilis 2 sampai 3 koleksi hanya pada musim panas dan musim dingin. Namun, saat ini banyak sekali brand global yang merilis hingga belasan koleksi per tahun.
4. Limbah Fashion Bisa Ditekan
Dari fenomena fast fashion dan perilaku konsumen yang konsumtif ada cara untuk mengurangi limbah fashion yaitu dengan mengurangi berbelanja pada produk fashion itu sendiri. Bahkan ada cara yang lebih sederhana yaitu mendonasikan pakaian lama yang masih layak pakai kepada mereka yang lebih membutuhkan. Tentunya hal itu bisa mengurangi limbah sampah di rumah dan menyalurkannya bukan untuk dibuang melainkan untuk dipakai oleh orang lain dan tentunya itu lebih bermanfaat.
Itulah beberapa fakta tentang alasan mengapa limbah fashion menyandang sebagai limbah terbesar pada ranah industri. Marilah kita menjadi salah satu bagian untuk mengurangi limbah kain, karena perubahan besar bermula dari langkah-langkah yang kecil.