Kemasan sachet plastik yang beredar di pasaran mempunyai nilai jual yang tinggi. Apalagi hampir semua produk mulai dari body care, skin care, makanan, hingga minuman memiliki varian sachet.
Jika dilihat dari sejarahnya, kemasan sachet ini sudah ada sejak abad ke-15 dan di awal temuannya, kemasan sachet ini bukan terbuat dari bahan plastik melainkan dari kertas bahkan daun. Dan di abad ke-15 pun penggunaannya hanya untuk membungkus bahan-bahan beraroma seperti bahan pencuci beludru, campuran herbal, hingga digunakan sebagai wadah jimat.
Hingga seiring berjalannya waktu, kemasan sachet ini tentunya sangat diminati. Ditambah dari harga pun lebih terjangkau, sehingga kemasan sachet ini sering digunakan oleh banyak orang. Kepraktisan kemasan sachet bagi berbagai produk membuat orang lupa akan bahaya serius yang dihasilkan dari kemasan sachet.
Apalagi kemasan sachet yang sekali pakai dan langsung dibuang dapat membahayakan bagi lingkungan. Karena tingkat daur ulang dan limbah pasca konsumsi yang rendah dibandingkan dengan kemasan lain seperti botol PET. Kemasan sachet juga mempunyai kemampuan untuk melindungi produk dengan baik. Namun, kemasan sachet merupakan jenis plastik multilayer yang sifatnya sangat sulit didaur ulang.
Kemasan ini terbentuk lebih dari satu jenis polimer dan terdapat 3 sampai 4 lapisan yang terdiri dari lapisan paling dalam plastik tipis berwarna bening, lapisan aluminium, lapisan gambar dan lapisan kertas yang dilapisi. Lapisan yang bertumpuk inilah yang menyebabkan kemasan plastik sulit dipisahkan. Bahan baku yang digunakan juga berasal dari bahan yang mempunyai titik leleh berbeda sehingga tidak mudah untuk dilebur.
Fakta Kemasan Sachet yang Jarang Orang Lain Tahu
Pada tahun 2019 sebanyak 855 miliar sachet terjual di pasar global. Dari laporan itu Greenpeace memprediksi kalau pada tahun 2027 nanti kemungkinan jumlah kemasan sachet yang terjual bisa mencapai 1,3 triliun. Dan yang menjadi penyumbang sampah terbesar adalah dari sektor makanan dan minuman.
Nah, kemasan sachet secara fisik suatu saat akan menjadi mikroplastik yang ukurannya kurang dari 5 mm dan nantinya dapat mencemari lingkungan. Selain itu mikroplastik memang terbilang sangat berbahaya bahkan kalau sudah masuk dalam tubuh manusia. Sedangkan secara kimia, kemasan sachet mengandung beberapa bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh. Seperti misalnya zat plasticizer yaitu BPA dan phtalases yang ada dalam kemasan sachet plastik. Selain itu kemasan sachet plastik juga mengandung dioksin senyawa perflourinasiz retardants dan lainnya.
Unilever Mempunyai Inovasi Baru Untuk Daur Ulang Kemasan Sachet
Karena kasus penggunaan kemasan sachet ini selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya, akhirnya banyak sampah yang berakhir di tempat sampah dan tidak bermanfaat kan secara maksimal. Maka dengan itu Unilever mempunyai terobosan baru dalam teknologi daur ulang plastik yang dinamakan Creasolv Process. Teknologi baru ini mempunyai kemampuan mendaur ulang plastik kemasan sachet yang dikembangkan bersama Fraunhofer Institute di Jerman.
Unilever mempunyai visi untuk menargetkan seluruh kemasan plastik akan didaur ulang, digunakan kembali atau diurai di tahun 2025 dengan menggunakan inovasi baru lewat CereaSolv Process.
Dalam pengembangan inovasi CreaSolv Process ini Unilever yakin sebanyak 60% kemasan sachet dapat didaur ulang karena tentunya bahan tersebut terbuat dari polietilena. Dan hasil akhir dari proses ini adalah biji plastik polietina yang nantinya dapat digunakan kembali untuk berbagai keperluan produksi. Dengan begitu, sistem ini dapat menghasilkan berbagai produk plastik dari limbah plastik yang sudah didaur ulang.
Bukan hanya sebagai upaya menjaga lingkungan, namun dari inovasi daur ulang ini dapat tercipta nilai ekonomi yang tentunya berpotensi menghasilkan peluang pendapatan bagi masyarakat pada industri daur ulang.
Dan pada saat ini CreaSolv Process sudah didirikan di Jawa timur dan mampu menyerap 3 ton sampah kemasan setiap harinya. Teknologi ini juga berpotensi mengurangi dampak CO2 sebesar 7800 ton pada tahun.